Sofia Kartika dan Henny Irawati
Blog membuat orang bersemangat, kata Julien Pain dalam buku saku untuk blogger, Reporters without Borders. Antusiasme ini lahir dari keleluasaan menjadikan blog sebagai media alternatif menuangkan apa-apa yang disebut ekspresi diri. Dalam "buku harian online" ini beragam
"Blog harus bisa memberikan manfaat edukasi, memberdayakan," ujarnya di hadapan 450 peserta yang datang dari seluruh penjuru negeri.
Apa yang dimaksud dengan "manfaat edukasi (yang) memberdayakan" ini tidak diperinci oleh Bapak Menteri. Suatu kali, ketika sedang mencari data tentang target pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs), saya menemukan sebuah posting menarik, "Kemarin ketika mid semester mata kuliah amdal, keluar soal tentang MDGs. Karena diriku baru pertama kali mendengar frase itu, aku pun nyari ke Internet dan ternyata daku emang kuper kali yah karena sudah banyak yang membahas soal MDGs. Berikut petikannya dilaporkan langsung oleh reporter kita Tarkhiena dari MP TV." Lalu Tarkhiena menulis perihal pengetahuan barunya yang ia dapat dari wikipedia itu di blognya.
Tidak hanya bertambah data yang saya dapat, membesar pula pengetahuan saya tentang sejumput respons dari masyarakat yang, barangkali, luput dari perhatian pemerintah.
Blog memberi ruang bagi pemiliknya yang tidak cuma datang dari profesi itu untuk menuangkan cerita apa saja di sekitar mereka. Keberagaman profesi--mulai mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja kantor, seniman, selebritas, sampai tokoh politik, jurnalis, dan aktivis--menyulut pula berbagai tema yang ditulis. Dari tema-tema tersebut, salah satu di antaranya MDGs.
Kita masih punya waktu tujuh tahun lagi. Sungguh bukan waktu yang panjang, apalagi mengingat Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) setelah puluhan tahun pun belum tersosialisasi dengan optimal.
Kampanye MDGs sudah sering kali dilakukan. Namun, kedelapan tujuan MDGs seperti masih di awang-awang. Ia harus diterjemahkan, baik untuk kepentingan pencapaiannya maupun dalam kebutuhan sosialisasinya. Dan tugas ini, menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta dalam laporan pencapaian MDGs 2007/2008, bukanlah semata-mata tugas pemerintah, melainkan merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Namun, apa yang bisa dilakukan sebagian komponen bangsa tersebut? Saya mengusulkan untuk meniru program Blogger for Bangsari.
Blogger for Bangsari (http://bangsari.blogspot.com) hadir sebagai lanjutan program keberlanjutan pendidikan anak-anak di Desa Bangsari. Mereka menarik kepedulian blogger dan bukan blogger untuk menjadi donatur melalui banner plus
Namun, sebagaimana juga diperingatkan Pain, blog juga rentan terhadap kekhawatiran, ketidakpercayaan, penyalahgunaan, dan kesalahan persepsi, terlebih untuk isu-isu yang baru dipahami oleh sebagian orang. Sebut saja, poin ketiga MDGs, kesetaraan gender dan peningkatan kualitas hidup perempuan. Dalam salah satu entrinya, blog MDGs menyebutkan, "Peningkatan kesehatan ibu memiliki tujuan untuk memperkuat pangsa pasar kaum wanita. Mengingat kaum ibu ialah kaum yang lebih konsumtif dan lebih banyak kebutuhannya dibandingkan pria." Alih-alih mempromosikan pemberdayaan perempuan, tulisan tersebut justru mengekalkan stereotipe tentang perempuan. Tapi, tunggu dulu, blog juga dilengkapi mekanisme kontrol melalui komentar pembaca dan tautan link-nya. Anda bisa membenturkan pendapat Anda dengan tulisan yang ada, dengan harapan si penulis memberi jawaban sehingga terjadi diskusi. Atau Anda bisa menuliskan pendapat tersebut di blog Anda sendiri.
Blogger di Indonesia, berapa pun jumlahnya, dapat turut serta menjadi penggerak dalam upaya pencapaian target-target MDGs. Entah itu sebagai media kampanye dan kontrol bagi pemerintah, entah masyarakat itu sendiri. Mengapa tidak dimulai dari Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar